selamat datang


Rabu, 25 Mei 2011

Kandungan surat-surat pada AL-QURAN

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Dalam ayat 16 surat Qaf kita menangkap apa yang tersirat bahwa kebimbangan/keraguan/syak dalam jiwa itu sangat tersembunyi sehingga sangat sulit untuk diketahui, kecuali oleh Allah Taala Rabb yang menciptakan manusia.
Manusia sebagai pemilik jiwa jarang menyadari dan mengetahui keraguan dan kebimbangan yang bertahta dalam jiwanya. Inilah salah satu jenis kejahatan setiap diri manusia. Makanya Rasulullah saw sering berdo’a pada Allah Taala, memohon perlindungan dari kejahatan diri beliau sendiri.
Dari apa yang saya ungkapkan sebelumnya, saya lebih condong menafsirkan kata khannas atau khunnas sebagai jiwa yang sifatnya bimbang/ragu/syak, jiwa yang gampang diobok-obok atau dipengaruhi oleh pihak luar baik dari pihak manusia sendiri maupun jin, syetan dan Iblis. Disamping gampang dipengaruhi secara bathiniah, juga bisa dengan cara lahiriah. Setiap manusia dan jin punya jiwa ini.
Kenapa jiwa seperti ini bisa tumbuh menjadi kuat sampai bisa menjerumuskan anak manusia kedalam jurang kedurhakaan karena manusia tidak punya kamauan yang kuat untuk mematuhi perintah Allah Taala. Sekali lagi kemauan yang kuat. Hal ini dijelaskan oleh Allah Taala dalam surat Thahaa ayat 115 yang terjemahannya : “ Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan Adam dulu ( untuk tidak memakan buah khuldi ), tetapi ia lupa dan tidak Kami lihat padanya kemauan yang kuat”.
Jadi al khannas ini bahagian dari jiwa manusia, menempati posisi yang dalam dari jiwa manusia dan disinilah Iblis dan syetan mengilhamkan kedurhakaan pada setiap anak manusia, membuka benteng keimanan seseorang dengan cara menanamkan keraguan/kebimbangan dan waswas.
Maka sampailah saya pada kesimpulan penafsiran ayat keempat seperti ini : “ Dari kejahatan jiwa yang bersifat waswas/ragu/bimbang yang senantiasa membuat/mempengaruhi untuk menjadi waswas/ragu/bimbang “.
Kemudian ayat berikutnya ditafsir : “ Yaitu yang membuat/menjadikan keraguan/kebimbangan/waswas dalam dada manusia “. Ada yang menafsirkan kata sudur sebagai hati, tetapi hal itu tidak tepat. Kalau Allah Taala menghendaki kata hati disitu tentu akan digunakan kata qalbi atau af’idah. Kata sudur berarti dada. Dalam dada manusia, ada hati, perasaan, emosi, naluri, dan lain-lain. Inilah yang di pengaruhi oleh al khannas supaya jadi waswas.
Kita bisa bayangkan bagaimana hebatnya kejahatan yang dilakukan melalui al khannas ini. Larangan Allah saja bisa dimanipulasi menjadi perintah seperti yang dialami oleh Adam as bersama isterinya. Inilah cobaan yang paling berat bagi anak manusia, merasa benar segala perbuatan dan amalannya dan sesuai dengan ketentuan Allah, tetapi dalam kenyataannya banyak yang menyimpang baik karena tidak tahu, tidak sadar, tetapi bahkan ada yang sadar demi mengambil keuntungan pribadi atau keuntungan kelompoknya.
Pada ayat terakhir Allah Taala menerangkan bahwa al khannas ini asalnya dari manusia dan jin.
Saya kira cukup sampai disini pembahasan surat Al Falaq dan An Nas, semoga Allah Taala membukakan hati kita untuk memahaminya.
CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.

Senin, 22 September 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 14

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Jadi perasaan dan hati yang ragu, waswas dan syak adalah kelemahan paling fatal bagi setiap diri manusia. Dalam surat Qaf ayat 16 Allah Taala menerangkan tentang waswas di dalam jiwa, tetapi kebanyakan ahli tafsir menafsirkan sebagai bisikan dalam hati. Dari ketiga ayat yang ada kata waswas didalamnya, Allah Taala menerangkan pada kita bahwa kejahatan yang berbentuk waswas yang dilakukan syetan pada setiap manusia adalah pada jiwanya. Keraguan dan kebimbangan ini ditanamkan oleh syetan kedalam jiwa. Hubungan antara jiwa manusia dengan syetan ini banyak saya bahas di blog ini. Jadi untuk menanamkan kebimbangan, keraguan dan waswas kedalam jiwa setiap manusia tidaklah sulit bagi syetan selama jiwa manusia tersebut tidak dilindungi oleh Allah Taala Rabb Penciptanya.
Kata kunci berikutnya di ayat keempat surat An Nas adalah kata al khannas. Dalam Al Qur’an kata ini hanya disebut dua kali, di surat An Nas yang sedang kita bahas ini dan surat At Takwir ayat 15. Akar katanya khanasa, di kamus bahasa Arab- Indonesia Al Munawir berarti : tertinggal, terlambat, mengakhirkan, menangguhkan, memegang, menggenggam, tersembunyi, menutupi, berkata keji/kotor. Kemudian setelah mengalami perubahan bentuk menjadi khannas dalam surat An Nas diterjemahkan dengan syetan, demikian yang kita temui dalam kamus bahasa Arab-Indonesia Al Munawir serta buku tafsir dan terjemahan Al Qur’an. Sementara pada surat At Takwir bentuknya menjadi khunnas, yang dalam kamus bahasa Arab-Indonesia Al Munawir dan hampir semua buku-buku terjemahan dan tafsir Al Qur’an diterjemahkan sebagai bintang siarah atau planet. Pada tafsir Jalalain diartikan sebagai lima planet yaitu Uranus, Yupiter, Mars, Venus dan Pluto. Tetapi bagi saya penerjemahan dan penafsiran ayat 15 dan ayat 16 surat At Takwir di buku-buku tafsir yang ada masih tanda tanya besar karena banyak sisi lemahnya sehingga membingungkan. Tafsir Jalalain menafsirkan ayat 15 At Takwir seperti ini : “ Sungguh Aku bersumpah dengan bintang-bintang “. Sementara tafsir Ibnu Katsier seperti ini : “ Maka Aku takkan bersumpah dengan bintang-bintang untuk membuktikan kebenaran apa yang telah aku nyatakan itu, karena sangat jelas gamblang”.
Dari dua tafsir ini sudah sangat membingungkan kita, satu mengatakan Aku bersumpah, sementara yang lainnya Maka Aku Takkan bersumpah. Dua hal yang berlawanan dan bertolak belakang.
Kemudian yang membingungkan juga, ayat 16 surat At Takwir ini menerangkan ayat 15 yang bunyi ayatnya : “ Aljawaaril kunnasi “. Ditafsirkan dengan : “ Yang beredar dan yang terbenam “. Tetapi begitu kita cari dalam Al Qur’an dan kamus bahasa Arab Indonesia, kita tidak menemukan kata jawaari yang berarti terbit, demikian juga kata kunnas tidak ada yang berarti tenggelam.
Dalam kasus ini saya memilih penafsiran : “ Maka aku tidak akan bersumpah……………” , karena awal ayat ini berbunyi : “ Falaa uqsimu “. Sementara kata khunnas berkaitan erat dengan kata khannas dalam surat An Nas. Kalau kata khunnas ditafsirkan menjadi bintang atau planet, maka hal ini sangat bertentangan dengan ayat-ayat lain dalam Al Qur’an yang menyatakan Allah bersumpah demi bintang dan sebagainya. Tidak mungkin Allah Taala tidak konsisten dalam firmanNya. Alasan lainnya, kenapa saya lebih condong menafsirkan khunnas sejajar atau sama seperti khannas, karena Allah Taala tidak mau bersumpah dengan makhluk yang membuat kejahatan. Bagi saya ini logis dan masuk akal.
Sekarang kita kembali kepada kata khannas dalam surat An Nas. Kesulitan kita menangkap secara benar makna kata ini karena penggunaan kata ini hanya dua di dalam Al Qur’an, yaitu di surat At Takwir dan An Nas. Kalau saja penafsirannya pada surat At Takwir, benar dan pas, maka akan memudahkan kita untuk menangkap makna dari kata khannas ini. Kata kunci yang satu ini sangat penting untuk mengetahui jenis kejahatan yang hebat ini.
Kalau kata khannas diterjemahkan sebagai syetan yang biasa bersembunyi, dimana dia bersembunyi dan bagaimana cara sembunyinya, agar kita bisa tahu sehingga kita bisa meminta secara tepat pada Allah Taala pada saat berdo’a atau bermunajat, kemudian kita focus dalam upaya melawan syetan tersebut.
Untuk menafsirkan kata khannas ini saya lebih condong menggunakan ayat 16 surat Qaf yang terjemahannya : “ Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia sedangkan kami mengetahui apa yang dibisikkan dalam hatinya dan kami lebih dekat daripada urat lehernya “. Hampir semua buku tafsir dan terjemahan menafsirkan “ tuwaswisu nafsuhu “ dengan “ bisikan dalam hati “. Seperti saya jelaskan sebelumnya saya lebih condong menafsirkan kedua kata yang menjadi potongan ayat 16 surat Qaf itu dengan keraguan/kebimbangan/syak dalam jiwa.
Bersambung.
CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.
Disadur dari : terapialif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar